Jumat, 09 Januari 2015

Sejarah Negara Komoron

Komoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk artikel mengenai suku Komoro yang berasal dari Papua, lihat Suku Komoro.
(Perancis) Union des Comores
Udzima wa Komori
(Arab)الاتحاد القمري
Bendera Lambang
MottoUnité, Justice, Progrès
(Perancis: "Persatuan, Keadilan, Kemajuan")
Lagu kebangsaanUdzima wa ya Masiwa
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Moroni
Bahasa resmi Komoro, Arab, Perancis
Pemerintahan
 -  Presiden Ahmed Abdallah Mohamed Sambi
Kemerdekaan
 -  - Dari Perancis
1975 
Luas
 -  Total 2,170 km2 (167)
 -  Perairan (%) dapat dihiraukan
Penduduk
 -  Perkiraan 2010 798.000 (158)
 -  Sensus -
 -  Kepadatan 275/km2 (25)
PDB (KKB) Perkiraan 2012
 -  Total US$873 juta (179)
 -  Per kapita US$1.257 (165)
Mata uang Franc Komoro (KMF)
Zona waktu (UTC+3)
 -  Musim panas (DST)  (UTC+3)
Ranah Internet .km
Kode telepon 269
Comores
Perserikatan Komoro (bahasa Arab: الاتحاد القمري) hingga 2002 bernama Republik Islam Federal Komoro (bahasa Arab: جمهورية القمر الإتحادية الإسلامية) adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia. Komoro adalah negara Arab terkecil kedua setelah Bahrain.[1]

Demografi

Budaya Arab dan Islam sangat melekat di Komoro, bahasa Arab sendiri menjadi salah satu bahasa resmi dari tiga bahasa yang digunakan.[2] Negara ini adalah anggota negara Liga Arab yang terselatan. Pada 1,862 km2 (719 sq mi), [3] (tidak termasuk Mayotte) Komoro adalah negara ketiga terkecil dari seluruh wilayah Afrika. Dan dengan jumlah penduduk diperkirakan 798.000, hal tersebut menjadikan Komoro sebagai negara Afrika keenam terkecil menurut populasi, meskipun Komoro memiliki kepadatan penduduk terpadat di Afrika.
Kepulauan ini terkenal dengan berbagai budaya dan sejarah, sebagai bangsa yang terbentuk di persimpangan benua, negara ini memiliki tiga bahasa resmi, yaitu: Bahasa Komoro (Shikomor), Bahasa Arab dan Bahasa Perancis, namun di pulau Maori satu-satunya bahasa resmi yang digunakan hanyalah Bahasa Perancis.
Sekitar separuh penduduk Komoro berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan sekitar US $ 1,25 dalam sehari. [4]

Etimologi

Nama Komoro diambil dari kosakata bahasa Arab yakni qamar (قمر) yang bermakna "bulan".[5]

Geografi

Komoro terletak di penghujung utara Selat Mozambik, di antara Madagaskar and Mozambik. Secara resmi negara Komoro terdiri daripada empat pulau di kepulauan gunung berapi Komoro, yaitu: Maori, Komoro Besar, Anjouan dan Moheli, dan juga banyak pulau kecil. Ibu kotanya ialah Moroni yang terletak di pulau Komoro Besar. Negara yang luas wilayahnya lebih kecil dari pulau Alor ini melepaskan diri dari penjajahan Perancis tahun 1975 dan karena perbedaan agama maka sebagian yang beragama Kristen di pulau Maori memilih tetap bersama Perancis.[6][7]
Pulau Maori atau Mayotte adalah satu-satunya pulau di kepulauan Komoro yang memilih menentang kemerdekaan dari Perancis untuk menjadi degara Kesatuan Komoro, pulau Maori lebih memilih untuk tetap menjadi jajahan Perancis daripada bergabung dengan Komoro. Namun Komoro masih tetap mengklaim Maori sebagai bagian dari negara tersebut. PBB telah menetapkan bahwa Maori merupakan bagian dari negara Komoro, namun Perancis telah memveto resolusi Majelis Keselamatan PBB yang akan meneguhkan kedaulatan Komoro terhadap pulau itu.[8][9] Di samping itu juga, pada 29 Maret 2009 referendum menyatakan bahwa Mayotte menjadi sebuah jajahan luar dari Perancis dan pada tahun 2011 disahkan oleh kebanyakan penduduk Mayotte, namun Presiden Komoro sendiri menolak hasil keputusan dari referendum ini.[10]

Sejarah

Sebelum penjajahan

Penduduk pertama yang menduduki Kepulauan Komoro diperkirakan adalah penduduk, nelayan dan pedagang dari Afrika dan Austronesia, yang melakukan perjalanan dengan menggunakan perahu. Mereka datang di Komoro sekitar abad keenam Masehi, pencatatan sejarah yang paling awal berupa jejak arkeologi yang diketahui ditemukan di Anjouan.[11] Sehingga Komoro ditempati oleh penduduk dari berbagai wilayah di pantai Afrika, Teluk Persia, Indonesia, dan Madagaskar.[2]

Pendudukan Arab

Pada abad ke-10, para pedagang Arab yang pertama telah membawa pengaruh Islam ke pulau-pulau di Komoro. Salah satu fakta yang paling kuat adalah jual beli para budak-budak dari Afrika, dan meningkatkan penyebaran dan dominasi budaya Arab di penjuru dunia.[2]
Pemukim Arab tinggal bersama penduduk yang berasal dari Indonesia-Malaysia, serta penduduk asli yang berbahasa Bantu, Swahili dan bahasa di Afrika Timur.[2]
Di samping jaraknya yang jauh dari pantai Afrika, Komoro terletak di sepanjang selat utama antara Afrika dan Mozambik. Kepulauan Komoro, seperti daerah pesisir lain di kawasan itu, merupakan kawasan persinggahan yang penting di jalur perdagangan pada masa awal penyebaran agama Islam, jalur ini sering dilalui oleh pedagang-pedagang Persia dan Arab. Untuk penyebaran agama Islam di Komoro, penduduk Arab membangun masjid besar.[12]
Pada tahun 933, pengaruh berbahasa Arab Sunni Persia dari Shiraz, Iran, mendominasi pulau-pulau di Komoro. Syirazi berdagang di sepanjang pantai Afrika Timur dan Timur Tengah, mendirikan pemerintahan dan tanah jajahan di kepulauan Komoro.[2]
Selama 3 (tiga) abad selanjutnya, keempat pulau (Maori, Komoro Besar, Anjouan dan Moheli), dan juga banyak pulau kecil di Komoro dikuasai oleh bangsa Shiraz. Selama bertahun-tahun dibagi menjadi 11 kesultanan.
Pendudukan Arab di daerah semakin meningkat bersamaan ketika Zanzibar jatuh pada kekuasaan bangsa Arab Oman, dan kebudayaan masyarakat Komoro, terutama sastra, budaya dan agama juga semakin berada di bawah kekuasaan bangsa Arab menggantikan kebudayaan Swahili dan Afrika asli.[13]

Pendudukan Perancis dan Eropa

Para pelaut Portugis berlabuh di Komoro pada awal 1500-an. Perancis mengklaim pendudukan komoro pada tahun 1530, dan Inggris menyatakan klaim mereka pada tahun 1554.[2]
Pada abad ke-17, bajak laut dari Madagaskar dan Eropa mengincar Komoro dan menjarah kapal-kapal yang berlayar menuju timur Samudra Hindia.[2] Pada tahun 1793, prajurit dari Madagaskar mulai menyerang pulau-pulau dikomoro untuk pertama kali, mereka mengambil penduduk Komoro untuk dijadikan sebagai budak, dan kemudian menetap dan merebut kekuasaan dari bangsa Arab di berbagai wilayah. Di Komoro, diperkirakan pada tahun 1865, sebanyak 40% dari populasi penduduk Komoro terdiri dari para budak.[14] Perancis pertama kali mendirikan kolonial dan aturan di Komoro sekitar tahun 1841. Koloni Perancis terlebih dahdulu menduduki Maori, dan Andrian Tsouli, sebagai Raja Malagasi Mayotte, menandatangani Perjanjian pada bulan April 1841, yang menyerahkan kekuasaan di pulau Mahori ke otoritas Perancis.[15]

Kemerdekaan

Pada tahun 1973 Komoro mengadakan sebuah kesepakatan dengan Perancis untuk kemerdekaan Komoro pada tahun 1978. Para wakil dari Mayotte abstain. Referendum dilakukan di empat pulau utama, tiga pulau sepakat untuk merdeka, sedangkan pulau Maori/Mayotte memilih untuk tetap di bawah pemerintahan Perancis.
Pada tanggal 6 Juli 1975 parlemen Komoro mengeluarkan resolusi sepihak untuk menyatakan kemerdekaan dari keempat pulau, Ahmed Abdallah memproklamasikan kemerdekaan Komoro menjadi Negara Merdeka Komoro daulat al qamar (bahasa Arab: دولة القمر) atau État comorien dalam bahasa Perancis, dan ia menjadi presiden pertama Komoro.[2]
Ketika kemerdekaan Komoro diakui oleh PBB, Perancis menarik dukungan ekonomi untuk Komoro sehingga terjadinya kekacauan ekonomi dan politik.[2]

Pariwisata

Seperti dilansir oleh Newser pada 31 Maret 2013, komoro termasuk ke dalam 10 negara di dunia yang paling jarang dikunjungi oleh wisatawan asing. Pada tahun 2010 negara ini ini berhasil menarik sebanyak 15.000 wisatawan asing.[16][17]
Komoro dikenal dengan suasana yang tenang, terpencil dan bebas dari minuman keras, pulau-pulau di Komoro menawarkan liburan yang magis dan natural bagi wisatawan. Vegetasi di Pulau-pulau Komoro kaya dan beragam: 65% dari esensi parfum dunia berasal dari sini, diproses dari bunga ylang-ylang, melati, dan jeruk. Rempah-rempah, termasuk pala, cengkeh, lada dan vanili, juga banyak ditemukan di kepulauan ini.[18]
Pulau-pulau di Komoro adalah pulau vulkanik dan dikelilingi oleh terumbu karang, dan wisata yang lebih menantang bisa mengunjungi puncak Gunung Kartala, sebuah gunung berapi aktif di Komoro Besar, atau menikmati berbagai macam olahraga air.[18]
Untuk wisata religi, wisatawan bisa mengunjungi beberapa masjid besar yang ada di Pulau-pulau Komoro, seperti Masjid Besar Ancienne Mosquée du Vendredi atau Masjid Jumat Kuno menjadi tempat wisata andalan di kota Moroni.[19]

Media

Surat kabar

Meskipun negara ini tergabung dalam Liga Arab dan bahasa Arab menjadi salah satu bahasa resminya, surat kabar utama yang ada di negara ini menggunakan bahasa Perancis, bahasa peninggalan kolonial Perancis.[20]
Media massa yang terdapat di Komoro di antaranya ialah surat kabar utama milik pemerintah Komoro al-Watwan (الوطن) yang diterbitkan di Moroni,[21] surat kabar berbahasa Perancis yang terbit setiap minggu ini dipublikasikan sejak tahun 1985,[20] selain berbahasa Perancis surat kabar ini juga menyediakan jurnal berbahasa Arab yang bisa diunduh di laman resminya.[21]
Surat kabar utama independen adalah La Gazette des Comores, surat kabar independen berbahasa Perancis yang berpusat di Moroni, Komoro Besar. Surat kabar harian ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1999.[20]
Kashkazi adalah surat kabar independen berbahasa Perancis yang terbit setiap bulan. Surat kabar ini berbasis di Moroni, Komoro Besar ini pertama kali terbit pada tahun 2005 yang menyediakan berita nasional dan internasional, dan juga beberapa artikel investigasi. Surat kabar ini juga memiliki laman web yang baik yang bisa dikunjungi oleh pembaca.[20][22][23]
Ada pula surat kabar Kwezi yang diterbitkan di Mayotte.

Radio

Seperti negara-negara di Afrika kebanyakan, radio adalah media massa yang paling dominan. Radio milik pemerintah adalah satu-satunya jaringan radio yang bisa mencakup seluruh kepulauan.[20]

Televisi

Komoro memiliki jaringan televisi yang lemah, dan memiliki sedikit sekali saluran pribadi.[20]

Lihat pula

  • The Comoros Islands: Struggle Against Dependency in the Indian Ocean Malyn Newitt
  • Historical Dictionary of the Comoro Islands Martin and Harriet Ottenheimer
  • Shinzwani-English/English-Shinzwani Dictionary Harriet Ottenheimer
  • Lonely Planet World Guide: Madagascar and Comoros Gemma Pitcher and Patricia C. Wright

Catatan kaki

  1. ^ Source, unless otherwise specified: Demographic Yearbook—Table 3: Population by sex, rate of population increase, surface area and density (pdf). United Nations Statistics Division. 2008. Diakses 24 September 2010.
    Entries in this table giving figures other than the figures given in this source are bracketed by asterisks () in the Notes field, and the rationale for the figure used are explained in the associated Note.
  2. ^ a b c d e f g h i (Inggris) "History of Comoro". Diakses 29-04-2013.
  3. ^ Dominique and Michelle Frémy (2004).Quid 2005 Editions Robert Laffont. p.1175.
  4. ^ Human Development Indices, Table 3: Human and income poverty, p. 35. Retrieved on 1 June 2009
  5. ^ "islands of the moon". Diakses 12-4-30.
  6. ^ The first UN General Assembly Resolution regarding the matter, "Question of the Comorian island of Mayotte (PDF)," United Nations General Assembly Resolution A/RES/31/4, (21 October 1976) states "the occupation by France of the Comorian island of Mayotte constitutes a flagrant encroachment on the national unity of the Comorian State, a Member of the United Nations," rejecting the French-administered referendums and condemning French presence in Mayotte.
  7. ^ As defined by the Organization of African Unity, the Movement of Non-Aligned Countries, the Organisation of the Islamic Conference, and the United Nations General Assembly: the most recent UN General Assembly Resolution regarding the matter, "Question of the Comorian island of Mayotte," United Nations General Assembly Resolution A/RES/49/18, (6 December 1994) states "the results of the referendum of 22 December 1974 were to be considered on a global basis and not island by island,...Reaffirms the sovereignty of the Islamic Federal Republic of the Comoros over the island of Mayotte". Several resolutions expressing similar sentiments were passed between 1977 (31/4) and 1994 (49/18).
  8. ^ "Subjects of UN Security Council Vetoes". Global Policy Forum. Diakses 2008-03-27.
  9. ^ "Article 33" (PDF). UN Treaty.
  10. ^ (Indonesia)"Presiden Komoro Seru Pemimpin Arab Tolak Hasil Referendum Mayotte Jadi Wilayah Perancis". Diakses 29-04-2013.
  11. ^ Federal Research Division of the Library of Congress under the Country Studies/Area Handbook Program (August 1994). In Ralph K. Benesch. A Country Study: Comoros. Washington, D.C.: US Department of the Army. Diakses January 2007.
  12. ^ Thomas Spear (2000). "Early Swahili History Reconsidered". The International Journal of African Historical Studies 33 (2): 264–5.
  13. ^ Thomas Spear (1984). "The Shirazi in Swahili Traditions, Culture, and History". History in Africa 11: 291–305. doi:10.2307/3171638.
  14. ^ "Comoros – Early Visitors and Settlers". Library of Congress Country Studies
  15. ^ Ottenheimer, Martin and Ottenheimer, Harriet (1994). Historical Dictionary of the Comoro Islands. African Historical Dictionaries; No. 59. Metuchen, N.J.: Scarecrow Press. hlm. 53–54. ISBN 978-0-585-07021-6.
  16. ^ (Indonesia) Aceh Online "10 negara peling jarang dikunjungi". Diakses 15-5-2013.
  17. ^ (Indonesia) merdeka.com "10 negara peling jarang dikunjungi". Diakses 15-5-2013.
  18. ^ a b (Inggris) Komoro di Comoros Travel Guide
  19. ^ (Inggris) Wisata Komoro - A Friday Mosque overlooks Harbor Bay in Moroni, the capital.
  20. ^ a b c d e f (Inggris) "The Arab Press Network - Comoros". Diakses 20-5-2013.
  21. ^ a b (Perancis)(Arab) Al-Watwan ' Al-Watwan, quotidien comorien, actualités et informations des Comores'
  22. ^ (Perancis) "Kashkazi". Diakses 20-5-2013.
  23. ^ (Inggris) Hot Newspapers"Comoros Newspapers - Kashkazi, Online Newspaper from Comoros". Diakses 20-5-2013.

Pranala luar

Search Wikivoyage Panduan wisata Comoros di Wikivoyage.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar